Peristiwa
Hadiri Ibadah Syukur Awal Tahun 2022 HKBP di Tarutung

Gubernur Ingatkan Pentingnya Persaudaraan dan Kasih Sayang Manusia



Gubernur Ingatkan Pentingnya Persaudaraan dan Kasih Sayang Manusia
beritasumut.com/BS03

beritasumut.com - Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi mengingatkan bahwa perbedaan keyakinan dan budaya merupakan pilihan dan keniscayaan yang ada pada semua orang. Namun kondisi itu, perlu dilengkapi dengan hadirnya kasih sayang sesama manusia yang memberikan manfaat satu sama lain.

Demikian disampaikan Gubernur Edy Rahmayadi saat menghadiri Ibadah Syukur Awal Tahun 2022 Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) di Sopo Nomensen, Kantor Pusat HKBP Pearaja, Tarutung, Tapanuli Utara (Taput), Selasa (04/01/2022).

Hadir di antaranya Kapolda Sumut Irjen Pol RZ Panca Putra Simanjuntak, Ephorus HKBP Robinson Butarbutar, Anggota DPR RI Martin Manurung, para kepala daerah sekawasan Danau Toba, serta seluruh undangan dan jemaat. Turut mengikuti Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan melalui video konferensi jarak jauh.

Pada acara ibadah dengan Topik ‘Sehati, Sepikir dalam satu Kasih, Satu Jiwa dan Satu Tujuan’ itu, Gubernur menyampaikan bahwa perbedaan dirinya sebagai pemeluk agama Islam dengan penganut agama lain, tidak perlu menjadikan keakraban hubungan renggang atau bertentangan. Sebab menurutnya, sekalipun keyakinan berbeda, namun dalam kemanusiaan semua harus bisa menjalin persahabatan dan persaudaraan.

“Soal agama itu pilihan, tetapi menjadi orang Sumatera Utara itu takdir. Jadi agama itu ada jalannya masing-masing, tentu ada perbedaan di dalamnya. Tetapi saya mau sampaikan, bahwa orang terbaik adalah yang bermanfaat bagi orang lain,” ujar Gubernur.

Pada 2022 yang ditetapkan HKBP sebagai tahun Kesehatian, Gubernur menyampaikan hubungan judul tersebut dengan kasih sayang, siapapun orangnya. Karena itu, ia menekankan pentingnya rasa persaudaraan sesama manusia, sesama warga bangsa Indonesia, khususnya di Sumatera Utara.

“Maafkan jika saya kesannya menggurui, karena saya seorang Gubernur. Tetapi saya pastikan, apa yang saya sampaikan ini adalah dari hari yang paling dalam. Saya tidak terlalu pandai mereka-reka (mengarang cerita),” kata Edy.

Sebab menurutnya siapa yang suka mereka-reka, justru lebih berbahaya dari binatang buas. Jangankan kepada orang lain, bahkan sesama saudaranya sendiri, akan menimbulkan kesulitan dengan watak yang kurang baik itu.

“Yang penting untukmu agamamu, untukku agamaku. Tetapi dalam kehidupan ini, kita harus bersaudara, karena kita sesama manusia. Terima kasih, selamat Natal dan Tahun Baru. Jangan dipelesetkan omongan saya ya, karena saya ingin akrab, demi Tuhan,” tegasnya.

Terakhir, Edy pun menuturkan bagaimana pengalamannya saat bertugas di Papua, yang hampir 90% penduduknya menganut agama Kristen. Namun ia mengaku nyaman hidup di wilayah Timur Indonesia itu. Meskipun berbeda dari segi agama, namun harmonis dalam bernegara.


Tag: