Tekno

Pertama di Indonesia, Mahasiswa UPH Kampus Medan Buat Aplikasi Kampanye Lingkungan Berinsentif



Pertama di Indonesia, Mahasiswa UPH Kampus Medan Buat Aplikasi Kampanye Lingkungan Berinsentif
beritasumut.com/ist

beritasumut.com - Perkembangan teknologi yang semakin maju harus dimanfaatkan dengan cara yang kreatif dan inovatif. Hal tersebut dilakukan oleh dua mahasiswa Program Studi (Prodi) Sistem Informasi Universitas Pelita Harapan (UPH) Kampus Medan angkatan 2019 yaitu Kenrick Tandrian dan Kenji Marwies.
Mereka membuat aplikasi kampanye lingkungan berinsentif pertama di Indonesia bernama EcoSense. Kenrick dan Kenji merancang aplikasi ini dengan mendapatkan pelatihan dan bimbingan dari salah satu program unggulan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang berkolaborasi dengan Google, GoTo, Traveloka untuk program Kampus Merdeka â€" Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) yaitu Bangkit Academy 2022.

Melalui serangkaian proses seleksi, meliputi peer review dan judging session, EcoSense berhasil lulus menjadi salah satu dari Top 15 Product-Based Capstone Project dari 433 proyek yang bersaing. EcoSense juga berkesempatan memperoleh mentor industri dan dana inkubasi sebesar 140 juta dari Google dan Direktorat Riset Teknologi dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM), serta Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek). EcoSense merupakan hasil dari proyek akhir berbasis produk (product-based capstone project) yang dikerjakan secara kolaborasi oleh 6 mahasiswa Indonesia yang terdiri dari Darren Ngoh (UI), Mirsa Salsabila (UI), Deddy Romnan Rumapea (UNJA), Rivano Ardiyan Taufiq Kurniawan (UPNVY), Kenrick Tandrian (UPH), Kenji Marwies (UPH).

EcoSense merupakan sebuah socio-startup (startup yang bergerak di bidang sosial) yang berfokus pada pengadaan kampanye lingkungan berinsentif yang dapat diikuti oleh semua orang dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu lingkungan. Dengan tagline “Save Earth, Save Lives!”, EcoSense berharap dapat menjadi tempat untuk masyarakat bersama sama melindungi Bumi dengan melakukan hal-hal kecil yang positif yang dapat dilakukan oleh semua orang, dan pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup kita bersama.

“Berdasarkan penelitian yang kami dapat, lebih dari 95% aktivitas kita selama 50 tahun terakhir telah meningkatkan suhu planet kita dan jika tidak melakukan aksi korektif suhu, maka suhu akan mengalami kenaikan 11 derajat lagi. Hal inilah yang mendasari pembuatan aplikasi mobile dan web EcoSense. Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat memiliki hubungan yang saling mempengaruhi satu sama lain dan memiliki dampak yang signifikan terhadap keadaan lingkungan saat ini. Melihat hal tersebut, EcoSense hadir untuk menjembatani para penggiat lingkungan dengan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran tentang masalah kesehatan lingkungan dan membantu mereka dalam menerapkan gaya hidup hijau,” ungkap Kenrick.

EcoSense menawarkan dua fitur utama yaitu kampanye lingkungan tergamifikasi dan deteksi penyakit tanaman. ‘Kampanye Lingkungan Tergamifikasi’ merupakan fitur di mana pengguna bisa mengikuti kampanye lingkungan, lalu mendapatkan experience points berupa EcoPoints setelah menyelesaikan kampanye. Nantinya, pengguna dapat mengumpulkan EcoPoints dan menukarkannya dengan berbagai rewards menarik, seperti voucher belanja, saldo elektronik, atau bisa juga berdonasi. Sedangkan ‘Deteksi Penyakit Tanaman’ merupakan fitur untuk mendapatkan informasi mengenai jenis penyakit, cara mengatasi dan mencegah penyakit itu hanya dengan mengambil foto daun tanaman. Pengguna juga dapat menyimpan hasil deteksi tersebut dan melihat kembali nanti. Hasil itu berupa nama penyakit, confidence percentage, gejala, cara penanganan, dan cara pencegahan.

Nantinya, EcoSense akan mentransformasi prototype mereka menjadi produk yang siap untuk diperkenalkan pada user atau masyarakat dalam bimbingan Lab Inkubasi dan Kewirausahaan di 15 Kampus Mitra Bangkit.


Tag: