Kesehatan

Setiap Hari, Rata-rata Puluhan Perempuan di Indonesia Meninggal Akibat Penyakit Ini



Setiap Hari, Rata-rata Puluhan Perempuan di Indonesia Meninggal Akibat Penyakit Ini
BERITASUMUT.COM/IST

Beritasumut.com-Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS), bekerja sama dengan Cancer Information & Support Center (CISC), dan Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) menyelenggarakan Webinar 'Lindungi Diri dan Orang Terkasih dari Kanker Serviks' sebagai upaya pengentasan kanker serviks di Indonesia.

Kegiatan tersebut diadakan seiring dengan momentum Bulan Peduli Kanker Serviks yang jatuh pada bulan Januari setiap tahunnya, dan juga menggaungkan kampanye global “I AM I WILL” yang dicanangkan oleh Union for International Cancer Control (UICC) sebagai tema peringatan Hari Kanker Sedunia yang jatuh pada 4 Februari 2021.

Hingga saat ini, kanker serviks masih menjadi penyakit yang ditakuti dan memakan banyak korban jiwa. Padahal, kanker tersebut merupakan salah satu kanker yang dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi HPV dan IVA Test/Pap smear. Menurut data GLOBOCAN 2020, Human Papilloma Virus (HPV) sebagai penyebab kanker serviks telah merenggut 21.003 jiwa, dan terdapat 36.633 kasus baru terhadap perempuan.

Artinya, 50 perempuan di Indonesia meninggal setiap harinya, dan hal tersebut menjadikan kanker serviks sebagai kanker urutan kedua di Indonesia. Terlebih lagi, dari keseluruhan kasus kanker serviks baru yang ditemukan di Indonesia, diketahui lebih dari 80% sudah pada stadium lanjut. Pada kondisi ini, pengobatan menjadi lebih sulit, lebih mahal serta tingkat keberhasilan juga menurun.

“Melihat kondisi yang mengkhawatirkan ini, KICKS bersama dengan CISC dan RSKD dalam rangka Bulan Peduli Kanker Serviks dan Hari Kanker Sedunia memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai kanker serviks, gejala dan pencegahannya. Dengan diadakannya kegiatan edukasi ini, kami berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya para perempuan akan bahaya kanker serviks, dan pentingnya vaksinasi HPV serta skrining/deteksi dini melalui IVA test/pap smear," ujar Prof Dr dr Andrijono, SpOG K-onk selaku Ketua Umum Himpunan Onkologi dan Ginekologi Indonesia (HOGI) yang juga salah satu penggagas utama dari KICKS dalam siaran persnya, Minggu (31/01/2021).

"Apalagi, selain menyebabkan kanker serviks pada perempuan, virus HPV juga dapat menyebabkan beberapa penyakit kulit dan kelamin pada laki-laki. Vaksinasi dianggap sebagai pencegahan primer karena telah terbukti menurunkan insiden kanker serviks. Melalui program vaksinasi HPV, Australia berhasil menurunkan insiden kanker hingga 40 persen. Bahkan, Australia telah mencanangkan 2030 bebas kanker serviks karena mereka memulai program vaksinasi HPV nasional sejak 2007,” sambungnya.

Upaya pencegahan kanker serviks sangat penting untuk dilakukan segera, sesuai dengan anjuran WHO yang menyatakan bahwa tindakan pencegahan primer untuk mencegah terjadinya kanker serviks adalah dengan melakukan vaksinasi HPV yang membuat tubuh membentuk antibodi terhadap virus HPV, sehingga tubuh memiliki kekebalan terhadap virus HPV yang berisiko tinggi sebabkan kanker serviks. Oleh karena itu, vaksinasi HPV penting dilakukan sedini mungkin agar mengurangi risiko terkena virus HPV. Jika kita tidak bertindak, kematian akibat kanker serviks akan meningkat hampir 50% pada tahun 2030.

dr R Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo MARS selaku Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais mengatakan, “Sebagian besar pasien tidak mengetahui bahwa pada akhirnya mereka mengidap kanker serviks. Sebab, kanker serviks adalah kanker yang sangat sulit dideteksi pada stadium awal, karena memang tidak ada gejala yang terlihat dan keluhan apapun dari pasien.

"Untuk itu, kami memiliki visi yang sama dengan KICKS dan CISC untuk selalu mengingatkan para perempuan untuk melakukan deteksi dini melalui IVA Test atau Pap smear dan vaksinasi HPV sebagai cara untuk mencegah kanker serviks. Sebagai Pusat Kanker Nasional, Rumah Sakit Kanker Dharmais terus mengembangkan diri untuk memberikan pelayanan berkualitas kepada masyarakat, termasuk untuk pelayanan kanker serviks. Salah satunya adalah dengan pelayanan Tes HPV DNA, dengan mengumpulkan sel dari leher rahim untuk diuji dan mencari keberadaan dari Human Papilloma Virus (HPV). Dalam proses pemeriksaan, para perempuan juga dapat menjalani pemeriksaan menyeluruh dengan menggunakan alat pembesar khusus, yaitu kolposkopi, untuk memeriksa sel-sel abnormal. Saat menggunakan kolposkopi, kami para dokter akan mengambil sel-sel untuk diuji di laboratorium,” paparnya.

Anjuran deteksi dini dan vaksinasi HPV juga sejalan dengan World Health Organization yang baru-baru ini mengumumkan strategi global untuk mempercepat penghentian kanker serviks. Strategi tersebut mengikuti seruan untuk bertindak pada tahun 2018 untuk mengakhiri kanker yang dapat dicegah. Pada tahun 2030, strategi tersebut bertujuan untuk menjangkau 90 persen cakupan vaksinasi HPV, cakupan skrining 70 persen dan akses ke perawatan terkait 90 persen di semua negara.

Aryanthi Baramuli Putri, Ketua Umum dan Pendiri CISC menambahkan, kanker serviks paling banyak diderita oleh orang yang berada di usia produktif, yakni 35-55 tahun. "Padahal, kita tahu bahwa perjuangan melawan kanker bukanlah hal yang mudah. Apalagi, 80% pasien kanker serviks mayoritas terdiagnosis saat sudah stadium lanjut. Untuk itu, dibutuhkan edukasi yang berkelanjutan terhadap masyarakat luas bahwa deteksi dini kanker serviks, dan vaksin HPV merupakan investasi kesehatan sebagai langkah perlindungan utama dari berbagai macam penyakit di masa depan yang diakibatkan virus HPV. Disinilah penting bagi semua pemangku kepentingan untuk bekerja sama secara berkesinambungan dalam upaya promotif, preventif, diagnosis, kuratif, rehabilitatif dan paliatif untuk penanggulangan kanker yang lebih baik," pungkasnya.(BS09)


Tag: