Anyaman pandan ini menurut Dina, sudah dibuat dari zaman leluluhur yang dilestarikan secara turun temurun. “Dahulu anyaman ini digunakan sebagai tempat sirih yang digunakan para raja dan permaisuri. Tempat sirih ini disebut bola nafo,” ujarnya.
Dina beserta putri-putrinya sejak beberapa tahun belakang melestarikan teknik anyaman warisan leluhur dengan memproduksi berbagai produk anyaman. Bahan anyaman dikreasikan menjadi berbagai produk, seperti produk dekor rumah seperti tikar, tas, dompet, anting dengan berbagai motif terawang yang indah.
Pihaknya juga melibatkan perempuan-perempuan Nias dengan memberikan pelatihan dan pendampingan untuk dapat ikut memproduksi anyaman.
“Membuat anyaman ini butuh waktu lama dan ketekunan yang tinggi. Kita tidak mungkin bisa maju sendiri, karena itu butuh menularkan keterampilan ini kepada orang lain,” jelasnya.(BS03)