beritasumut.com - Penjabat (Pj) Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Hassanudin berharap penataan industri kelapa sawit semakin baik ke depannya. Apalagi industri ini merupakan motor utama penggerak perekonomian di Sumut.
Terdapat kurang lebih 1,4 juta hektare lahan sawit dengan produksi tandan dan buah segar sekitar 24 juta ton per tahun. Ada sekitar 237 perusahaan yang bergerak di bidang kelapa sawit di Sumut, dan ini berdampak pada lapangan kerja.
“Ini sektor yang strategis, walau Sumut bukan provinsi dengan produksi dan lahan terbesar, industrinya sangat masif di sini, dan itu berdampak pada penyerapan tenaga kerja, oleh karena itu, kita perlu penataan yang semakin baik,” kata Pj Gubernur Hassanudin, usai membuka Indonesian Palm Oil Stakeholders Forum (IPOS-Forum) 2024 di Hotel Santika, Jalan Kapten Maulana Lubis Nomor 7, Medan, Kamis (30/05/2024).
Tidak hanya itu, Sumut juga termasuk kuat dalam pengembangan hilirisasi minyak sawit, seperti margarin, shampoo, biodiesel, pelumas, bio-gas, bio-etanol, bio plastik, bahkan pembangkit listrik. Salah satu yang saat ini masif dikembangkan adalah minyak goreng merah.
“Kita juga masif di bidang hilirisasinya, kita punya pabrik minyak goreng merah dan satu-satunya di Indonesia saat ini, kita akan terus kembangkan, menata dengan baik, sehingga bisa menyejahterakan masyarakat kita,” kata Hassanudin.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono mengatakan, saat ini industri kelapa sawit nasional sedang menghadapi tantangan, baik dari dalam maupun luar negeri. Dia berharap, bisa bergandengan tangan dengan pemerintah untuk menyelesaikan tantangan tersebut.
“Menurut kami memang sedang tidak baik-baik saja di dalam dan luar negeri, di luar ada kampanye negatif termasuk juga undang-undang anti deforestasi eropa dan lainnya, karena itu kita perlu bersinergi dengan pemerintah dan stakeholder untuk menyelesaikan tantangan ini,” kata Eddy Martono.